KONSEP PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Dosen Pengampu :
Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.
Disusun Oleh :
Elly
Fatmawati (11512083)
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
SEMESTER
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah, taufik, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga saya
bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Syukur Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini saya beri judul “Konsep
Pelayanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus” dengan harapan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk diri saya sendiri dan juga untuk para pembaca.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu
memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Selanjutnya saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku dosen pengajar mata
kuliah Pendidikan Bahasa
Anak Berkebutuhan Khusus, yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa STAIN Salatiga. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Salatiga, September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI
........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................................................1
A. Latar
Belakang
.............................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah
........................................................................................................1
C. Tujuan
Penulisan
..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A. Pengertian
Layanan Pendidikan ABK ...........................................................................2
B. Prinsip-prinsip
Layanan Pendidikan ABK ....................................................................2
C. Pendekatan
Layanan Pendidikan ABK .........................................................................4
D. Bentuk-bentuk
Layanan Pendidikan ABK.....................................................................9
BAB III
PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan
..................................................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
sangatlah penting, baik itu pendidikan bagi anak normal maupun pendidikan bagi
anak dengan berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) telah banyak mendapat perhatian oleh
masyarakat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya pihak-pihak yang terlibat
aktif dalam penanganan mereka.
Dalam UU
sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) pasal 32 disebutkan bahwa
pendidikan khusus pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.[1]
Karena setiap anak pun memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka
diharuskan pula bagi guru kelas untuk mengetahui bagaimana bentuk
pelayanan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hal
ini, penulis akan membahas makalah tentang Konsep
Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian layanan pendidikan ABK?
2. Apa
saja prinsip-prinsip layanan pendidikan ABK?
3. Bagaimana
pendekatan layanan pendidikan ABK?
4. Apa
saja bentuk-bentuk layanan pendidikan ABK?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
dan memahami pengertian layanan pendidikan ABK.
2. Menyebutkan
prinsip-prinsip layanan pendidikan ABK.
3. Mengetahui
proses pendekatan dalam layanan pendidikan ABK.
4. Menyebutkan
bentuk-bentuk layanan pendidikan ABK.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Layanan Pendidikan ABK
Layanan pada kakikatnya merupakan bentuk jasa yang
diberikan oleh seseorang, institusi atau perusahaan kepada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Dalam beberapa terminologi, Istilah
layanan diartikan sebagai (1) cara melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang
lain dengan memperoleh imbalan (uang); (3) kemudahan yang diberikan sehubungan
dengan jual beli jasa atau barang.[2]
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang
memiliki perbedaan dengan rata-rata seusianya atau anak-anak pada umumnya.
Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal seperti proses pertumbuhan dan
perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial maupun emosional.[3]
Jadi layanan pendidikan ABK adalah bentuk jasa yang
diberikan oleh seseorang untuk membantu mereka yang memiliki perbedaan dengan
rata-rata atau anak-anak pada umumnya yang mengalami kelainan atau penyimpangan
baik secara fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional untuk
diperlakukan secara khusus dalam proses belajar.
B.
Prinsip-prinsip
Layanan Pendidikan ABK
Adanya suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
adalah untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam kelas
umum terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan yang berbeda, yaitu anak-anak
yang memiliki kelainan/penyimpangan baik berupa fisik maupun intelektual,
sosial, emosional dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan anak.
Prinsip-prinsip tersebut, yaitu:[4]
1. Prinsip
Motivasi
Guru harus senantiasa
memberikan motivasi kepada anak agar tetap memiliki gairah dan semangat yang
tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, dalam
pemberian motivasi harus lebih sering guru lakukan secara personal karena
antara anak yang satu dengan yang lainnya memiliki tingkatan masalah yang
berbeda-beda.
2. Prinsip
Latar/Konteks
Adanya pengenalan
antara guru dan muridnya tentu saja akan sangat berarti. Hal ini perlu
dipertahankan dan demi sebuah kelancaran dalam proses pencarian jati diri anak
tersebut yang tidak langsung perlu adanya orang-orang yang bersedia mengerti
dan memahami kondisinya dalam proses pendidikan karena hal ini bisa menjadi
salah satu peran yang tidak kalah pentingnya. Tentu saja dengan pengetahuan
latar tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui anak tersebut masuk ke
dalam kategori yang ringan, sedang, atau berat. Dengan demikian, guru dapat
memberikan materi pembelajaran kepada muridnya sesuai dengan porsi anak
tersebut.
3. Prinsip
Keterarahan
Pada prinsip ini,
setiap anak yang akan mengikuti pelajaran secara mendalam guru harus merumuskan
secara matang tujuan kegiatan tersebut secara jelas. Dalam penerapan suatu
bahan dan alat yang sesuai dengan kategori anak yang menjadi murid serta guru
juga harus dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar sesuai
dengan porsi muridnya sehingga justru tidak menimbulkan masalah pada anak
tersebut.
4. Prinsip
Hubungan Sosial
Dalam sebuah proses
belajar-mengajar, seorang guru harus dapat mengembangkan setiap strategi
pembelajaran yang mampu untuk mengoptimalkan interaksi guru dengan muridnya.
Hubungan antara murid dengan sesama murid, guru dengan murid, dan lingkungannya
serta interaksi yang berasal dari berbagai arah.
5. Prinsip
Belajar Sambil Bekerja
Dalam kegiatan
pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan
sendiri praktik atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan,
penelitian, dan sebagainya. Jangan membiarkan guru membuat muridnya bergantung
dengan orang lain hanya karena tidak kesempurnaan yang ada dalam dirinya
tersebut.
6. Prinsip
Individualisasi
Dalam prinsip ini, guru
perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam baik dari segi kemampuan maupun
ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran. Kecepatan dan kelambatannya
dalam belajar harus mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai. Dengan
demikian tidak terjadi ketimpangan antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya.
7. Prinsip
Menemukan
Guru perlu mengembangkan
strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk terlihat secara aktif,
baik fisik, mental, sosial atau emosionalnya. Peran guru sangat diperlukan
untuk mengembangkan strateginya demi membuat anak didiknya lebih terpancing dan
bersemangat untuk belajar serta mengenal apa yang guru terangkan kepada mereka.
8. Prinsip
Pemecahan Masalah
Guru hendaknya sering
mengajukan berbagai persoalan yang ada di lingkungan sekitar dan anak dilatih
untuk mencari data, menganalisis, dan memecahkan masalah tersebut sesuai dengan
kemampuan masing-masing dan guru sebaiknya tidak memaksakan anak tersebut agar
tidak menjadi beban. Prinsip ini dapat merangsang anak untuk berfikir keras dan
melatih anak tersebut untuk tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun dalam
menghadapi permasalahan yang ada di kehidupan yang sebenarnya.
C.
Pendekatan
Layanan Pendidikan ABK
Secara umum, dikenal adanya dua
pendekatan yang sering dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan
pendekatan individual.[5]
Selain
pendekatan individu dan pendekatan kelompok, bagi anak berkebutuhan khusus ada pendekatan lain yang
berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan
pendekatan akseleratif. Pendekatan remidial bertujuan untuk membantu anak
berkebutuhan khusus dalam upaya mencapai kompetensi yang ditentukan dengan
lebih menekankan pada hambatan atau kekurangan yang ada pada anak berkebutuhan
khusus. Pada pendekatan akseleratif bertujuan untuk mendorong anak berkebutuhan
khusus, utamanya anak berbakat untuk lebih lanjut menguasai kompetensi yang
ditetapkan berdasar assesmen kemampuan anak. Pendekatan akseleratif juga lebih
bersifat individual.[6]
1.
Anak Berkelainan Fisik
Secara umum anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami
kelainan fisik membutuhkan layanan pendidikan dengan pendekatan dan strategi
khusus, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Anak Tunanetra[7]
Kebutuhan
dan layanan pendidikan untuk Tunanetra sebagai berikut:
1)
Anak Tunanetra pada dasarnya membutuhkan suatu
pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya secara
optimal.
2)
Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat
dilaksanakan melalui sistem segregasi dan intregasi/terpadu.
3)
Strategi proses pembelajaran untuk anak-anak
penyandang tunanetra pada dasarnya memiliki kesamaan dengan strategi
pembelajaran anak-anak peda umumnya. Hanya saja ketika dalam pelaksanaannya
memerlukan modifikasi agar sesuai dengan anak yang melakukan pembelajaran
tersebut agar pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
4)
Dalam suatu pembelajaran untuk anak-anak tunanetra
tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
a)
Prinsip Individual
b)
Prinsip Pengalaman Pengindraan
c)
Prinsip Totalitas
d)
Prinsip Aktivitas Mandiri
b.
Anak Tunarungu[8]
Menurut Suparno (2008) ada beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan
komunikasi anak tunarungu, yaitu sebagai berikut:
1)
Metode Oral
Cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal)
dengan lingkungan orang mendengar.
2)
Membaca Ujaran
Suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir
lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian
atau pemberian makna pada apa yang diucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka
dan pengetahuan bahasa turut berperan.
3)
Metode Manual
Cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau
ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau
gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang
menggunakan modalitas gesti-visual.
4) Ejaan Jari
Penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara
garis besar dapat dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan jari dengan satu tangan (one handed), (2) ejaan jari dengan kedua tangan (two handed), dan (3) ejaan jari campuran dengan
menggunakan satu tangan atau dua tangan.
5)
Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus
atau semua cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan
jari, bicara, baca ujaran, pantomimik, menggambar dan menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran
sesuai kebutuhan dan kemampuan seseorang.
c.
Anak Tunadaksa[9]
Evelyn Ddeno
(1970) dan ronald L. Taylor (1984) menjelaskan bahwa sistem layanan pendidikan
bagi anak-anak penyandang tunadaksa tersebut bervariasi, mulai dari sistem
pendidikan reguler sampai pendidikan yang diberikan di suatu Rumah Sakit bahkan
ada bentuk layanan yang tidak memiliki edukasi sama sekali yaitu suatu layanan
yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam sebuah perawatan medis dan
bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Atas problem
yang selalu ada dalam kehidupan anak-anak penyandang tunadaksa tersebut, model
pelayanan pendidikan yang diberikan pun dibagi menjadi 2 kategori yaitu Sekolah
Khusus dan Sekolah Terpadu.
1)
Sekolah Khusus
Pelayanan
sebuah pendidikan bagi anak-anak penyandang tunadaksa di sekolah khusus
diperuntukan untuk anak-anak yang memiliki masalah lebih berat, yaitu pada
masalah penyerta intelektualnya seperti retardasi mental maupun masalah
kesulitan lokomosi (gerakan) dan emosinya.
2)
Sekolah Terpadu/Inklusi
Untuk
sekolah terpadu ini diperuntukkan bgi anak-anak penyandang tunadaksa yang
memiliki intensitas masalah yang relatif ringan dan tidak disertai dengan
problem penyerta yang retardasi mental dan tentu saja hal ini akan sangat baik
jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan dengan anak-anak normal
lainnya disekolah seguler. Meskipun masalah yang dihadapi oleh tunadaksa dengan
dengan intensitas ini masih sangat ringan, sekolah reguler dituntut melayani
pendidikan untuk anak tunadaksa tersebut harus melakukan persiapan yang matang
terlebih dahulu baik persiapan sarana maupun prasarananya.
2.
Anak Berkelainan Mental Emosional
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
yang mengalami kelainan mental-emosional meliputi anak tuna grahita dan anak
tuna laras.
a.
Anak Tunagrahita[10]
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita
lebih diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remidiatif. Tujuan
utama layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan
aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri. Layanan
pendidikan khusus bagi anak tuna grahita meliputi latihan senso-motorik, terapi
bermain dan okupasi, serta latihan mengurus diri sendiri. Perkembangan
kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
b.
Tunalaras[11]
Pengembangan pendidikan bagi anak tunalaras sebaiknya
paralel atau dikaitkan dengan mengintensifkan usaha bimbingan penyuluhan di
sekolah reguler. Dengan demikian apabila anak itu tidak mengalami perbaikan
dari usaha bimbingan dan penyuluhan dari kelas khusus mereka dikirim ke SLB
bagian tunalaras. Seperti kita tahu, anak tunalaras memiliki hambatan emosi dan
tingkah laku sehingga kurang atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungannya. Maka situasi monoton yang mereka hadapi
akan memperparah gangguan perilaku pada mereka. Untuk itu, metode pembelajaran
bagi anak tunalaras harus bervariasi.
3.
Anak Berbakat dan Anak Berkesulitan Belajar[12]
Pendekatan layanan khusus bagi anak berbakat dan
berkesulitan belajar spesifik lebih bersifat pendekatan individual. Pendekatan
individual ini lebih memperhatikan potensi yang dimiliki oleh anak.
a.
Anak Berbakat
Layanan pendidikan bagi anak berbakat di sekolah dasar dilakukan melalui
dua tahap, yaitu tahap penjaringan (sreening) dan tahap seleksi
(identifikasi). Dalam tahap penjaringan dilakukan oleh guru dengan menganalisis
hasil belajar anak dan menganalisis hasil observasi komitmen anak akan tugas
dan kreativitasnya. Setelah teridentifikasi bakat anak, langkah selanjutnya
adalah menentukan layanan pendidikan bagi mereka.
Ada berbagai macam layanan pendidikan bagai anak berbakat, yaitu:
1)
Layanan Akseleri, yaitu layanan tambahan untuk
mempercepat penguasaan kompetensi dalam merealisasi bakat anak
2)
Layanan Kelas Khusus, yaitu anak yang berbakat unggul
dikelompokkan dalam satu kelas dan diberikan layanan tersendiri sesuai dengan
bakat mereka
3)
Layanan Kelas Unggulan, sama dengan layanan kelas khusus hanya berbeda
dalam model pengayaannya.
4)
Layanan bimbingan sosial dan kepribadian.
b.
Anak Berkesulitan Belajar
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar spesifik
menurut Jerome Rosner (dalam Suparno, 2008) ada tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
1)
Layanan Remidiasi
Layanan remidiasi terfokus pada upaya menyembuhkan, mengurangi, dan jika mungkin mengatasi kesulitan yang
dialami anak.
2)
Layanan Kompensasi
Layanan kompensasi diberikan dengan cara menciptakan
lingkungan belajar khusus di luar lingkungan belajar yang normal, sehingga
memungkinkan anak memperoleh kemajuan dalam pembentukan perseptual dan bahasa.
3)
Layanan Prevensi
Layanan prevensi adalah layanan yang diberikan sebelum anak mengalami
ketunacakapan belajar di sekolah. Layanan ini diawali dengan melakukan
identifikasi terhadap aspek-aspek yang dimungkinkan menimbulkan atau
menyebabkan ketunacakapan belajar.
D.
Bentuk-bentuk
Layanan Pendidikan ABK[13]
1. Bentuk
Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem
layanan pendidikan segregasi adalah pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem
segregasi meksudnya adalah penyelenggaran pendidikan yang dilakasanakan secara
khusus, dan terpisah dari penyelenggarakan pendidikan untuk anak normal. Dengan
kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutukhan khusus.
Ada 4 bentuk pelayanan
pendidikan dengan sistem segregasi yaitu:
a. Sekolah
Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggarakan sekolah mulai
dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam
satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. SLB berkembang sesuai dengan
kelainan yang ada (satu kelaianan saja), sehingga ada SLB untuk Tunanetra (SLB-A),
SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk
tunadaksa (SLB-D), SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di SLB tesebut ada tingkat
persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih
mengarah ke sistam individualisasi.
b. Sekolah
Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama
merupakan bentuk sekolah luar biasa yang di lengkapi dengan fasilitas asrama.
Peserta Didik SLB berasrama tinggal bersama. Pada SLB berasrama, terdapat
kesinambungan program pembelajaran antara yang disekolah dengan yang di asrama,
sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu
SLB asrama merupakan pilihan sekolah yang sasuai bagi peserta didik yang
berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.
c. Kelas
Jauh/Kelas Kunjung
Kelas Jauh /Kelas Kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk
memberi pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari
SLB atau SDLB. Penyelenggarakan kelas ini merupakan kebijaksnaan pemerintah
dalam rangka menuntaskan wajib belajar sertapemerataan kesempatan belajar.
d. Sekolah
Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus,
pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik
dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
dan tunadaksa.
2. Bentuk
Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Sistem
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. Sistem keterpaduan
secara penuh dan sebagian jumlah ABK dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah
siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami ABK di sekolah terpadu
disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai
konsultan bagi guru kelas, kepala sekoah, dan anak berkebutuhan khusus itu
sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan
khusus atau guru kelas pada kelas khusus.
Bentuk keterpaduan
dalam layanan pendidikan bagi ABK, yaitu:
a. Bentuk
kelas biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak
berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan
kurikulum biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut keterpaduan penuh.
Dalam keterpaduan ini, guru pembimbing khusus hanya berfungsi sebagai konsultan
bagi kepala sekolah, guru kelas/guru bidang studi, atau orang tua anak
berkebutuhan khusus. Sebagai konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi
sebagai penasehat mengenai kurikulum, maupun permasalahan dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus.
b. Kelas
biasa dengan ruang bimbingan khusus
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa
dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata
pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus
bersama dengan anak normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang
bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan menggunakan
pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai. Misalnya untuk anak
tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis braille, peralatan
orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini seing disebut juga
keterpaduan sebagian.
c. Bentuk
kelas khusus
Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama
dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah umum yang
melaksanakan program pendidikan terpadu. Keterpaduan ini disebut juga
keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi. Pada
tingkat ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana program di
kelas khusus. Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial,
artinya anak berkebutuhan khusus dapat dipadukan untuk kegiatan yang bersifat
non akademik, seperti olahraga, keterampilan, juga sosialisasi pada waktu
jam-jam istirahat atau acara lain yang diadakan oleh sekolah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Layanan
pendidikan ABK adalah bentuk jasa yang diberikan oleh seseorang untuk membantu
mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata atau anak-anak pada umumnya
yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial maupun emosional untuk diperlakukan secara khusus
dalam proses belajar.
2. Prinsip-prinsip
layanan ABK yaitu prinsip motivasi, prinsip latar/konteks, prinsip keterarahan,
prinsip hubungan sosial, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip
individualisme, prinsip menemukan dan prinsip pemecahan masalah.
3. Secara
umum pendekatan layanan pendidikan ABK ada dua, yaitu pendekatan
kelompok/klasikal dan pendekatan individual. Selain pendekatan individu dan pendekatan kelompok,
bagi anak berkebutuhan khusus ada pendekatan lain yang
berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan
pendekatan akseleratif.
4. Bentuk-bentuk
layanan pendidikan ABK yaitu bentuk layanan pendidikan segregasi yang meliputi
SLB, Sekolah Luar Biasa Berasrama, Kelas Jauh/Kelas Kunjung, Sekolah Dasar Luar
Biasa dan bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi meliputi Bentuk Kelas
Biasa, Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, Bentuk Kelas Khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Smart
Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat
(Metode pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus).
Yogyakarta: Katahati.
Ramadhan
M. 2012. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan
Keterampilan & Kecakapan Hidup untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta:Javalitera.
[3] M. Ramadhan. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan
Keterampilan & Kecakapan Hidup untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
(Yogyakarta: Javalitera, 2012). Hlm. 10
[4] Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus).(Yogyakarta: Katahati, 2010). Hlm.77-81
[7] Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus).(Yogyakarta: Katahati, 2010). Hlm.82-87
[9] Aqila Smart. Op. Cit,. Hlm.93-94
[10] Aqila Smart. Ibid. Hlm. 98
[11] Aqila Smart. Ibid. Hlm. 125-126