Selasa, 23 September 2014

Anak Berkebutuhan Khusus


KONSEP PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah    : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen   Pengampu      : Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.

 

Disusun Oleh :
Elly Fatmawati (11512083)


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
SEMESTER 5


 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Syukur Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini saya beri judul Konsep Pelayanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dengan harapan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk diri saya sendiri dan juga untuk para pembaca.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Selanjutnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dra. Lilik Sriyanti, M. Si. selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Bahasa Anak Berkebutuhan Khusus, yang telah membimbing saya dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAIN Salatiga. Saya  sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.




Salatiga, September 2014


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A.    Latar Belakang .............................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A.    Pengertian Layanan Pendidikan ABK ...........................................................................2
B.     Prinsip-prinsip Layanan Pendidikan ABK ....................................................................2
C.     Pendekatan Layanan Pendidikan ABK .........................................................................4
D.    Bentuk-bentuk Layanan Pendidikan ABK.....................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A.    Kesimpulan ..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting, baik itu pendidikan bagi anak normal maupun pendidikan bagi anak dengan berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) telah banyak mendapat perhatian oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya pihak-pihak yang terlibat aktif dalam penanganan mereka.
Dalam UU sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) pasal 32 disebutkan bahwa pendidikan khusus pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.[1]
Karena setiap anak pun memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka diharuskan pula bagi guru kelas untuk mengetahui bagaimana bentuk pelayanan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hal ini, penulis akan membahas makalah tentang Konsep Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian layanan pendidikan ABK?
2.      Apa saja prinsip-prinsip layanan pendidikan ABK?
3.      Bagaimana pendekatan layanan pendidikan ABK?
4.      Apa saja bentuk-bentuk layanan pendidikan ABK?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian layanan pendidikan ABK.
2.      Menyebutkan prinsip-prinsip layanan pendidikan ABK.
3.      Mengetahui proses pendekatan dalam layanan pendidikan ABK.
4.      Menyebutkan bentuk-bentuk layanan pendidikan ABK.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Layanan Pendidikan ABK
Layanan pada kakikatnya merupakan bentuk jasa yang diberikan oleh seseorang, institusi atau perusahaan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Dalam beberapa terminologi, Istilah layanan diartikan sebagai (1) cara melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); (3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli jasa atau barang.[2]
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal seperti proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional.[3]
Jadi layanan pendidikan ABK adalah bentuk jasa yang diberikan oleh seseorang untuk membantu mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata atau anak-anak pada umumnya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional untuk diperlakukan secara khusus dalam proses belajar.

B.     Prinsip-prinsip Layanan Pendidikan ABK
Adanya suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam kelas umum terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan yang berbeda, yaitu anak-anak yang memiliki kelainan/penyimpangan baik berupa fisik maupun intelektual, sosial, emosional dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya dan mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan anak.
Prinsip-prinsip tersebut, yaitu:[4]
1.      Prinsip Motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada anak agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, dalam pemberian motivasi harus lebih sering guru lakukan secara personal karena antara anak yang satu dengan yang lainnya memiliki tingkatan masalah yang berbeda-beda.
2.      Prinsip Latar/Konteks
Adanya pengenalan antara guru dan muridnya tentu saja akan sangat berarti. Hal ini perlu dipertahankan dan demi sebuah kelancaran dalam proses pencarian jati diri anak tersebut yang tidak langsung perlu adanya orang-orang yang bersedia mengerti dan memahami kondisinya dalam proses pendidikan karena hal ini bisa menjadi salah satu peran yang tidak kalah pentingnya. Tentu saja dengan pengetahuan latar tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui anak tersebut masuk ke dalam kategori yang ringan, sedang, atau berat. Dengan demikian, guru dapat memberikan materi pembelajaran kepada muridnya sesuai dengan porsi anak tersebut.
3.      Prinsip Keterarahan
Pada prinsip ini, setiap anak yang akan mengikuti pelajaran secara mendalam guru harus merumuskan secara matang tujuan kegiatan tersebut secara jelas. Dalam penerapan suatu bahan dan alat yang sesuai dengan kategori anak yang menjadi murid serta guru juga harus dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar sesuai dengan porsi muridnya sehingga justru tidak menimbulkan masalah pada anak tersebut.
4.      Prinsip Hubungan Sosial
Dalam sebuah proses belajar-mengajar, seorang guru harus dapat mengembangkan setiap strategi pembelajaran yang mampu untuk mengoptimalkan interaksi guru dengan muridnya. Hubungan antara murid dengan sesama murid, guru dengan murid, dan lingkungannya serta interaksi yang berasal dari berbagai arah.
5.      Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan sendiri praktik atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya. Jangan membiarkan guru membuat muridnya bergantung dengan orang lain hanya karena tidak kesempurnaan yang ada dalam dirinya tersebut.
6.      Prinsip Individualisasi
Dalam prinsip ini, guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara mendalam  baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran. Kecepatan dan kelambatannya dalam belajar harus mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai. Dengan demikian tidak terjadi ketimpangan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.
7.      Prinsip Menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk terlihat secara aktif, baik fisik, mental, sosial atau emosionalnya. Peran guru sangat diperlukan untuk mengembangkan strateginya demi membuat anak didiknya lebih terpancing dan bersemangat untuk belajar serta mengenal apa yang guru terangkan kepada mereka.
8.      Prinsip Pemecahan Masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan yang ada di lingkungan sekitar dan anak dilatih untuk mencari data, menganalisis, dan memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing dan guru sebaiknya tidak memaksakan anak tersebut agar tidak menjadi beban. Prinsip ini dapat merangsang anak untuk berfikir keras dan melatih anak tersebut untuk tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun dalam menghadapi permasalahan yang ada di kehidupan yang sebenarnya.

C.    Pendekatan Layanan Pendidikan ABK
Secara umum, dikenal adanya dua pendekatan yang sering dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan pendekatan individual.[5]
Selain pendekatan individu dan pendekatan kelompok, bagi anak berkebutuhan khusus ada pendekatan lain yang berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan pendekatan akseleratif. Pendekatan remidial bertujuan untuk membantu anak berkebutuhan khusus dalam upaya mencapai kompetensi yang ditentukan dengan lebih menekankan pada hambatan atau kekurangan yang ada pada anak berkebutuhan khusus. Pada pendekatan akseleratif bertujuan untuk mendorong anak berkebutuhan khusus, utamanya anak berbakat untuk lebih lanjut menguasai kompetensi yang ditetapkan berdasar assesmen kemampuan anak. Pendekatan akseleratif juga lebih bersifat individual.[6]
1.      Anak Berkelainan Fisik
Secara umum anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan fisik membutuhkan layanan pendidikan dengan pendekatan dan strategi khusus, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Anak Tunanetra[7]
Kebutuhan dan layanan pendidikan untuk Tunanetra sebagai berikut:
1)      Anak Tunanetra pada dasarnya membutuhkan suatu pendidikan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya secara optimal.
2)      Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat dilaksanakan melalui sistem segregasi dan intregasi/terpadu.
3)      Strategi proses pembelajaran untuk anak-anak penyandang tunanetra pada dasarnya memiliki kesamaan dengan strategi pembelajaran anak-anak peda umumnya. Hanya saja ketika dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi agar sesuai dengan anak yang melakukan pembelajaran tersebut agar pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
4)      Dalam suatu pembelajaran untuk anak-anak tunanetra tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
a)      Prinsip Individual
b)      Prinsip Pengalaman Pengindraan
c)      Prinsip Totalitas
d)     Prinsip Aktivitas Mandiri
b.      Anak Tunarungu[8]
Menurut Suparno (2008) ada beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunarungu, yaitu sebagai berikut:
1)      Metode Oral
Cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar.
2)      Membaca Ujaran
Suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang diucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan.
3)      Metode Manual
Cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual.
4)      Ejaan Jari
Penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan jari dengan satu tangan (one handed), (2) ejaan jari dengan kedua tangan (two handed), dan (3) ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan.
5)      Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, pantomimik, menggambar dan menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan seseorang.
c.       Anak Tunadaksa[9]
Evelyn Ddeno (1970) dan ronald L. Taylor (1984) menjelaskan bahwa sistem layanan pendidikan bagi anak-anak penyandang tunadaksa tersebut bervariasi, mulai dari sistem pendidikan reguler sampai pendidikan yang diberikan di suatu Rumah Sakit bahkan ada bentuk layanan yang tidak memiliki edukasi sama sekali yaitu suatu layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam sebuah perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Atas problem yang selalu ada dalam kehidupan anak-anak penyandang tunadaksa tersebut, model pelayanan pendidikan yang diberikan pun dibagi menjadi 2 kategori yaitu Sekolah Khusus dan Sekolah Terpadu.
1)      Sekolah Khusus
Pelayanan sebuah pendidikan bagi anak-anak penyandang tunadaksa di sekolah khusus diperuntukan untuk anak-anak yang memiliki masalah lebih berat, yaitu pada masalah penyerta intelektualnya seperti retardasi mental maupun masalah kesulitan lokomosi (gerakan) dan emosinya.
2)      Sekolah Terpadu/Inklusi
Untuk sekolah terpadu ini diperuntukkan bgi anak-anak penyandang tunadaksa yang memiliki intensitas masalah yang relatif ringan dan tidak disertai dengan problem penyerta yang retardasi mental dan tentu saja hal ini akan sangat baik jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya disekolah seguler. Meskipun masalah yang dihadapi oleh tunadaksa dengan dengan intensitas ini masih sangat ringan, sekolah reguler dituntut melayani pendidikan untuk anak tunadaksa tersebut harus melakukan persiapan yang matang terlebih dahulu baik persiapan sarana maupun prasarananya.
2.      Anak Berkelainan Mental Emosional
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional meliputi anak tuna grahita dan anak tuna laras. 
a.       Anak Tunagrahita[10]
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita lebih diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remidiatif. Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri. Layanan pendidikan khusus bagi anak tuna grahita meliputi latihan senso-motorik, terapi bermain dan okupasi, serta latihan mengurus diri sendiri. Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya.
b.      Tunalaras[11]
Pengembangan pendidikan bagi anak tunalaras sebaiknya paralel atau dikaitkan dengan mengintensifkan usaha bimbingan penyuluhan di sekolah reguler. Dengan demikian apabila anak itu tidak mengalami perbaikan dari usaha bimbingan dan penyuluhan dari kelas khusus mereka dikirim ke SLB bagian tunalaras. Seperti kita tahu, anak tunalaras memiliki hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Maka situasi monoton yang mereka hadapi akan memperparah gangguan perilaku pada mereka. Untuk itu, metode pembelajaran bagi anak tunalaras harus bervariasi.
3.      Anak Berbakat dan Anak Berkesulitan Belajar[12]
Pendekatan layanan khusus bagi anak berbakat dan berkesulitan belajar spesifik lebih bersifat pendekatan individual. Pendekatan individual ini lebih memperhatikan potensi yang dimiliki oleh anak.
a.       Anak Berbakat
Layanan pendidikan bagi anak berbakat di sekolah dasar dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap penjaringan (sreening) dan tahap seleksi (identifikasi). Dalam tahap penjaringan dilakukan oleh guru dengan menganalisis hasil belajar anak dan menganalisis hasil observasi komitmen anak akan tugas dan kreativitasnya. Setelah teridentifikasi bakat anak, langkah selanjutnya adalah menentukan layanan pendidikan bagi mereka.
Ada berbagai macam layanan pendidikan bagai anak berbakat, yaitu:
1)      Layanan Akseleri, yaitu layanan tambahan untuk mempercepat penguasaan kompetensi dalam merealisasi bakat anak
2)      Layanan Kelas Khusus, yaitu anak yang berbakat unggul dikelompokkan dalam satu kelas dan diberikan layanan tersendiri sesuai dengan bakat mereka
3)      Layanan Kelas Unggulan, sama dengan layanan kelas khusus hanya berbeda dalam model pengayaannya.
4)      Layanan bimbingan sosial dan kepribadian. 
b.      Anak Berkesulitan Belajar
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar spesifik menurut Jerome Rosner (dalam Suparno, 2008) ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1)      Layanan Remidiasi
Layanan remidiasi terfokus pada upaya menyembuhkan, mengurangi, dan jika mungkin mengatasi kesulitan yang dialami anak.
2)      Layanan Kompensasi
Layanan kompensasi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan belajar khusus di luar lingkungan belajar yang normal, sehingga memungkinkan anak memperoleh kemajuan dalam pembentukan perseptual dan bahasa.
3)      Layanan Prevensi
Layanan prevensi adalah layanan yang diberikan sebelum anak mengalami ketunacakapan belajar di sekolah. Layanan ini diawali dengan melakukan identifikasi terhadap aspek-aspek yang dimungkinkan menimbulkan atau menyebabkan ketunacakapan belajar. 

D.    Bentuk-bentuk Layanan Pendidikan ABK[13]
1.      Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi meksudnya adalah penyelenggaran pendidikan yang dilakasanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggarakan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutukhan khusus.
Ada 4 bentuk pelayanan pendidikan dengan sistem segregasi yaitu:
a.       Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggarakan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. SLB berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelaianan saja), sehingga ada SLB untuk Tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk  tunadaksa (SLB-D), SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di SLB tesebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistam individualisasi.
b.      Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang di lengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta Didik SLB berasrama tinggal bersama. Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran antara yang disekolah dengan yang di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu SLB asrama merupakan pilihan sekolah yang sasuai bagi peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.
c.       Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Kelas Jauh /Kelas Kunjung  adalah lembaga yang disediakan untuk memberi pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Penyelenggarakan kelas ini merupakan kebijaksnaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar sertapemerataan kesempatan belajar.
d.      Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa.
2.      Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. Sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah ABK dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami ABK di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekoah, dan anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus.
Bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi ABK, yaitu:
a.       Bentuk kelas biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut keterpaduan penuh. Dalam keterpaduan ini, guru pembimbing khusus hanya berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru kelas/guru bidang studi, atau orang tua anak berkebutuhan khusus. Sebagai konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai penasehat mengenai kurikulum, maupun permasalahan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.
b.      Kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai. Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini seing disebut juga keterpaduan sebagian.
c.       Bentuk kelas khusus
Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu. Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi. Pada tingkat ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana program di kelas khusus. Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, artinya anak berkebutuhan khusus dapat dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olahraga, keterampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahat atau acara lain yang diadakan oleh sekolah.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Layanan pendidikan ABK adalah bentuk jasa yang diberikan oleh seseorang untuk membantu mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata atau anak-anak pada umumnya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional untuk diperlakukan secara khusus dalam proses belajar.
2.      Prinsip-prinsip layanan ABK yaitu prinsip motivasi, prinsip latar/konteks, prinsip keterarahan, prinsip hubungan sosial, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip individualisme, prinsip menemukan dan prinsip pemecahan masalah.
3.      Secara umum pendekatan layanan pendidikan ABK ada dua, yaitu pendekatan kelompok/klasikal dan pendekatan individual. Selain pendekatan individu dan pendekatan kelompok, bagi anak berkebutuhan khusus ada pendekatan lain yang berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, yaitu pendekatan remidial dan pendekatan akseleratif.
4.      Bentuk-bentuk layanan pendidikan ABK yaitu bentuk layanan pendidikan segregasi yang meliputi SLB, Sekolah Luar Biasa Berasrama, Kelas Jauh/Kelas Kunjung, Sekolah Dasar Luar Biasa dan bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi meliputi Bentuk Kelas Biasa, Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, Bentuk Kelas Khusus.



DAFTAR PUSTAKA

Smart Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus). Yogyakarta: Katahati.
Ramadhan M. 2012. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan Keterampilan & Kecakapan Hidup untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:Javalitera.













[3] M. Ramadhan. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan Keterampilan & Kecakapan Hidup untuk Anak Berkebutuhan Khusus. (Yogyakarta: Javalitera, 2012). Hlm. 10
[4] Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus).(Yogyakarta: Katahati, 2010). Hlm.77-81
[7] Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat (Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus).(Yogyakarta: Katahati, 2010). Hlm.82-87
[8] op. cit,.
[9] Aqila Smart. Op. Cit,. Hlm.93-94
[10] Aqila Smart. Ibid.  Hlm. 98
[11] Aqila Smart. Ibid.  Hlm. 125-126